Sebelum nama besar JMQ berkibar, ada para pemuda berjiwa santri yang merajut asa dalam lingkaran mudarasah. Salah satu ruh penggerak di masa pembibitan itu adalah Alm. Drs. KH. Mahfudz Anwar, MA.—seorang santri lintas zaman yang menguasai ilmu agama sekaligus jurnalistik, serta menjadi salah satu aktor intelektual di balik layar kelahiran Jam'iyyah Mudarasah Al-Qur'an.
Dari Jombang ke Jakarta: Jejak Intelektual Seorang Perintis
Lahir di bumi santri Jombang pada 27 Mei 1960, Kiai Mahfudz mewarisi tradisi keilmuwan pesantren yang kuat dari almamaternya, Bahrul Ulum Tambakberas. Namun, jiwa mudanya rupanya tak hanya puas dengan wawasan keagamaan tradisional. Semangat menggodok diri membawanya ke Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur'an (PTIQ) Jakarta, di mana bibit-bibit kepemimpinan dan intelektualnya menemukan medan tempurnya.
Di PTIQ, pemuda Mahfudz Anwar tak hanya dikenal sebagai santri yang alim, tapi juga organisatoris yang cekatan. Jabatannya sebagai Ketua Senat DEMA PTIQ membuktikan bahwa kapasitas kepemimpinannya telah diakui sejak dini. Pada masa inilah, bersama para mahasiswa IIQ dan PTIQ lainnya, ia turut merancang denyut nadi pertama JMQ—sebuah ikatan yang awalnya dimaksudkan untuk merajut silaturahmi dan semangat mudarasah antar perantau dari Jawa Timur.
Merajut JMQ dengan Benang-Benang Keilmuan
Keterlibatan Kiai Mahfudz dalam JMQ tidak hanya sekadar keanggotaan formal. Sebagai santri yang memiliki minat besar pada dunia tulis-menulis dan jurnalistik—yang kelak membuatnya menjadi Pemimpin Redaksi Majalah Warta Al-Hamidiyah selama 20 tahun—ia memberikan warna tersendiri dalam perkembangan organisasi. Kontribusinya mungkin tidak hanya terlihat di panggung, tetapi justru dalam penguatan konten dan dokumentasi organisasi di masa-masa awal.
Kematangan berpikir dan wawasan keagamaannya yang luas menjadi salah satu penopang intelektual bagi gerakan JMQ. Di tangan para pemuda seperti Kiai Mahfudz, JMQ tidak hanya sekadar perkumpulan mudarasah, tetapi juga wadah penggodokan calon-calon pemimpin umat yang mumpuni secara keilmuan.
Dari Kampus Menuju Medan Pengabdian yang Lebih Luas
Setelah masa studinya berakhir, Kiai Mahfudz memilih jalan pengabdian yang konsisten. Jejaknya dapat dilacak dalam dunia pendidikan—sebagai guru, dosen di STAI Al-Hamidiyah dan PTIQ, serta berbagai posisi strategis di Pesantren Al-Hamidiyah Depok sejak 1988. Di saat yang sama, dedikasinya pada organisasi keumatan mengantarkannya menjadi Ketua MUI Kota Depok, Mustasyar PCNU Kota Depok, dan Ketua BWI Kota Depok.
Warisan intelektualnya tetap abadi melalui berbagai karya tulis, seperti buku "Ilmu Tafsir" dan "Tuntunan Ibadah Haji dan Umrah"—sebuah bukti bahwa semangatnya untuk mendidik dan berbagi ilmu tidak pernah padam.
Alm. KH. Mahfudz Anwar, MA. bukan sekadar nama dalam sejarah JMQ. Ia adalah representasi dari generasi awal yang merajut JMQ dengan integritas keilmuan, ketawadhuan, dan visi yang jelas. Meskipun kini beliau telah kembali ke Rahmatullah, semangatnya dalam membangun tradisi keilmuan dan persaudaraan melalui JMQ tetap menjadi inspirasi bagi generasi penerus.
Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un. Selamat jalan, Kiai. Jasamu akan tetap hidup dalam setiap lantunan mudarasah dan semangat keilmuan di JMQ.
